Rabu

Perkembangan kasus century dan survey terhadap masyarakat Indonesia

Banyak hal menarik dan bisa menjadi motivasi diri kita mencermati masalah politik di Indonesia, dari hasil survey Indo Barometer ini, kita tahu Indo Barometer adalah adalah sebuah lembaga penelitian yang bergerak terutama di bidang survei pemilihan umum di Indonesia. Saat ini IB diketuai oleh Direktur Eksekutif Muhammad Qodari. Tema survei-survei yang dilakukan Indo Barometer antara lain pilihan dalam pemilu (baik nasional maupun daerah), perilaku pemilih, dan demokrasi. Situsnya adalah www.indobarometer.com
Masyarakat Indonesia Lebih Percaya JK

SenangPoker.com Agen Judi Poker Dan Domino Online Terpercaya Indonesia - online review banner 
Join Sekarang

Salah satu survey yang menarik dari Indo Barometer ini adalah bahwa ternyata soal kasus Century, Masyarakat Indonesia lebih percaya dan setuju pada pendapat Jusuf Kala (JK).
1- Pendapat JK yang dimaksud adalah:
"Kebangkrutan Bank Century tidak akan membuat kepercayaan masyarakat terhadap bank akan hilang. Masyarakat akan tetap percaya dan menyimpan uangnya di bank. Karena itu, Bank Century harusnya dibiarkan saja bangkrut"
2- Pendapat lainnya yang di jadikan bahan survey adalah:
"Pendapat pertama mengatakan, kebangkrutan Bank Century harus dihindari agar masyarakat tetap percaya kepada bank dan mau tetap menyimpan uangnya di bank. Karena itu, Bank Century harus diselamatkan dari kebangkurutan. Opsi pertama ini mewakili pendapat Sri Mulyani dan Boedionio"
“Berdasarkan hasil survei Indo Barometer terhadap 1.200 responden di 33 provinsi, ternyata 36,2 persen lebih setuju pada pendapat JK, sementara yang setuju dengan pendapat kedua hanya 26,2 persen dan yang mengaku tidak tahu 3 7,6 persen,” kata M Qodari, Direktur Eksekutif Indo Barometer saat konferensi pers di Hotel Atlet Century Senayan, Ahad 24 Januari.
Hasil Survei Nasional Indo Barometer, 8-18 Januari 2010
“Kasus Bank Century di Mata Publik”

Kasus dana penyelamatan Bank Century merupakan isu yang sangat menyita perhatian publik. Hal ini terbukti dari tingkat pengetahuan publik yang sangat tertinggi terhadap kasus ini (77%). Angka ini diatas pengetahuan masyarakat tentang Program 100 Hari Pemerintahan SBY-Boediono ( 49%), dan penahanan Bibit Waluyo-Chandra Hamzah (69%). Ia hanya kalah populer terhadap kasus pembunuhan Nasruddin Zulkarnaen (79%).

Karena pentingnya, maka perlu untuk mengetahui opini publik tentang aneka permasalahan yang muncul, misalnya tentang asumsi “sistemik” atau “menular” yang menjadi dasar KSSK untuk memberi dana talangan/penyelamatan pada Bank Century. Asumsi ini dicek di masyarakat dengan beberapa pertanyaan, salah satunya dengan meminta mereka memilih di antara dua pendapat tentang dampak kebangkrutan Bank Century, yakni apakah: 1. harus dihindari agar masyarakat tetap percaya pada bank, atau: 2. kebangkrutan itu tidak akan membuat kepercayaan pada bank hilang. Jawaban terhadap pertanyaan itu, yang setuju pendapat pertama ada 26% dan yang setuju pendapat kedua 36%.

Dalam survei ini juga dicek persepsi masyarakat Indonesia tentang sebab kebangkrutan Bank Century, apakah karena krisis internasional atau salah kelola oleh pemilik bank. Untuk masalah ini, lebih banyak masyarakat yang menganggap salah kelola sebagai penyebab (58%) ketimbang krisis internasional (10%).

Adapun tentang pihak yang dianggap mengambil keputusan terhadap kasus Bank Century, mayoritas (43%) menyebut Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Gubernur BI (waktu itu) Boediono dan hanya 10% yang menyebut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ketika ditanya lebih lanjut apakah Menkeu Sri Mulyani telah bertindak benar atau salah dalam kasus ini, 43% menyatakan Sri Mulyani salah dan 33% menyatakan benar. Untuk Gubernur BI Boediono, 46% menyatakan Boediono salah dan 30% menyatakan benar. Namun sebaliknya untuk Presiden SBY, 53% menyatakan SBY benar dan 25% menyatakan salah.

Salah satu aspek penting dari kasus Bank Century adalah kecurigaan bahwa dana penyelamatan Bank Century mengalir ke Presiden SBY, keluarganya, Partai Demokrat dan tim sukses pilpres 2009. Ternyata kelompok masyarakat yang menilai SBY, keluarganya, Partai Demokrat dan timses tidak menerima persentasenya lebih banyak daripada kelompok yang berpendapat SBY, keluarganya, Partai Demokrat, dan timses menerima.

Dari temuan-temuan di atas, terlihat bahwa kasus Bank Century cenderung berakibat lebih buruk terhadap Sri Mulyani dan Boediono ketimbang SBY. Hal ini juga terlihat dari tingkat kepuasan publik dan pilihan presiden dan wapres jika pemilu dilaksanakan pada hari ini. Publik yang puas pada kerja SBY masih dominan (75%) dibandingkan dengan yang tidak puas (23%). Bandingkan dengan yang puas pada Boediono (40%), sementara yang tidak puas (44%). Yang memilih (kembali SBY) sebagai presiden 55%, sementara yang memilih Boediono (kembali) sebagai wapres hanya 18%.

Namun bukan berarti SBY bebas sama sekali dari dampak kasus Bank Century. Selain menyita perhatian publik dari Program 100 Hari, mayoritas publik berpendapat kasus Bank Century dapat merusak citra SBY (48% ), bandingkan dengan yang tidak (18%). Hal ini juga tampak dari cukup besarnya masyarakat yang menilai kasus Bank Century dapat jadi alasan memakzulkan Presiden SBY (22%), meski mayoritas menilai sebaliknya (37%). Yang jelas, kasus Bank Century ini telah menjadi “lampu merah” bagi Boediono karena yang berpendapat kasus Bank Century dapat jadi alasan memakzulkan Wapres Boediono mencapai 33% . Angka ini lebih lebih tinggi daripada daripada yang berpendapat sebaliknya (26%).

Akhirnya, publik sangat menunggu penyelesaian kasus Bank Century oleh Pansus Bank Century di DPR. Tantangan untuk Pansus cukup besar karena hanya 52% persen dari publik yang yakin Pansus dapat mengungkap kasus Bank Century dibanding 37% yang tidak yakin. Adapun mengenai tugas Pansus, porsi terbesar masyarakat (37%) menghendaki fokus pada upaya mengungkap penyelewengan dana talangan untuk tujuan yang bukan semestinya. Inilah “episode pamungkas” kerja Pansus yang masih ditunggu masyarakat.
Referensi sumber :www.indobarometer.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar